Assalamualaikum
Warrahmatullahi Wabarakatuh...
VALENTINE DAY'S
Beberapa waktu yang lalu kita telah
memasuki bulan Februari, dan tentunya kita wajib bersyukur karena hingga saat
ini kita masih diberi umur panjang serta kesempatan untuk melihat keagungan
Allah SWT. Di bulan Februari ini sering
kita jumpai di super market, mini market, maupun toko-toko terdapat
banyak interior bernuansakan kasih sayang yang digambarkan dalam bentuk pernak
pernik seperti boneka bentuk hati, coklat dan souvenir lainnya yang bercirikan
cinta yang didominasi warna merah dan pink.
Katanya sih bulan Februari itu ada
Valentine Day... namun sangat disayangkan, Banyak remaja muslim tidak mengetahui
bagaimanakah sejarah hari valentine. Karena ketidaktahuan dan cuma asal
ikut-ikutan trend, juga supaya mau dikatakan gaul dan kekinian, akhirnya mereka
pun merayakannya. Di antara mereka saling memberi kado, lebih-lebih pada orang
yang dikasihi. Maka kita lihat coklat dan berbagai souvenir laris manis di
bulan tersebut.
Sebenarnya Valentine day
bukan budaya orang Muslim bahkan sangat jauh dengan ajaran dari Islam, tetapi
budaya ini berasal dari non muslim. Tradisi ini berasal dari Kaum Nasrani, namun
sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali
negeri-negeri Islam besar seperti Indonesia. Dan mereka menganggap perayaan ini
sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan
sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali sangat berbeda. Bagaimanakah sebenarnya sejarah
hari tersebut? Simak nih sob.
SEJARAH VALENTINE DAY DAN
HUBUNGANNYA DENGAN HARI KASIH SAYANG
Sejarah Valentine day
sebenarnya ada banyak versi dan belum diketahui asal usul yang paling dianggap
benar. Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa
sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari
besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia
adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua
hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno
Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak.
Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar
harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan
obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia
dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit
binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan
membuat mereka menjadi lebih subur.
Penguasa Romawi dan para
tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa
Nasrani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau
Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I
(The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan
lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi
Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk
menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book
Encyclopedia 1998).
The Catholic Encyclopedia
Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang meninggal
pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa
Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang
dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya
karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama,
Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine
karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah
tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu
menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan
bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat
dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para
pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan
banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269
M (The World Book Encyclopedia, 1998).
Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari
sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan
karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil
yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”.
(Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/dan lain-lain)
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
1.
Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan
Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
2.
Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah
menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif
Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nasrani yang dirubah
peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St.
Valentine.
3.
Hari valentine juga adalah hari penghormatan
kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
4.
Pada perkembangannya di zaman modern saat ini,
perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Gimana
akhi dan ukhti masih mau merayakan Valentine day yang bukan tradisi kita bahkan
sangat melenceng jauh dengan yang diaajarkan Rasulullah SAW. Sungguh ironis,
banyak pemuda yang mengaku dirinya Islam tapi malah melakukan kegiatan yang
sudah jelas banyak mudaratnya. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak
sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa
ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme
Padahal sudah jelas ada suatu hadis yang secara tegas Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengaatakan, “Barangsiapa yang menyerupai suatu
kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Daud). Dalil
ini sudah cukup jelas sebagai alasan terlarangnya merayakan hari valentine, apa
pun bentuk perayaannya.
Ibnul Qayyim
Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang
kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram.
Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat
hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai
pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah
memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan
tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi
selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang
mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya
perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan
kemurkaan Allah.” SAVE MUSLIM GENERATION jangan sampai kita mudah terhasut
dengan ajakan yang menjerumuskan kita condong kepada orang kafir. Astaghfirullah. Sekian dari kami, syukron atas kunjungannya, semoga
dapat menambah ilmu serta wawasan kita dan tunggu artikel selanjutnya.
Wassalamua’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
(Diolah dari berbagai sumber)